Solo merupakan salah satu kota di Jawa tengah. Berbagai macam etnis ada di Solo, walaupun tidak sebanyak di Jakarta. Solo mempunyai slogan the Solo The Spirit Of Java. Tinggal di daerah dekat Solo, yaitu Karanganyar merupakan anugerah tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak, saya di suguhi berbagai destinasi wisata yang menarik. Menarik di kunjungi wisatawan lokal maupun luar.
Kemarin Minggu tanggal 24 November 2013 saya berencana berkeliling kota Solo. Awalnya saya ingin datang pagi, agar dapat menyaksikan Car Free Day di jalan Slamet Riyadi. Namun, akhirnya saya mengurungkan niat saya, karena pekerjaan rumah belum kelar juga. Selanjutnya saya memutuskan untuk berangkat sehabis dhuhur.
Saya naik bus jurusan Tawangmangu Solo, tarif bus nya sekitar 3000 rupiah turun depan Kampus UNS. Selanjutnya saya menuju tujuan pertama yaitu benteng Vastenburg. Untuk menuju ke benteng vastenberg banyak kendaraan yang dapat di tempuh dari Kampus UNS. Anda bisa naik bus BST, bus damri, maupun bis Nusa. Saya waktu itu naik bus Nusa A, jurusan Gladak. Bus nya tidak ber AC , biasa saja. Tarif bis nusa, 3000 rupiah untuk jarak dekat maupun jauh. Sudah lama di ketahui kalau bi kota menggunakan tarif yang sama baik jauh maupun dekat. Untuk bis non AC tarifnya 3000 rupiah sedangkan bus AC 3500 rupiah. Sedangkan untuk pelajar tarifnya 1500 rupiah.
Benteng Vastenburg
Saya naik bus Nusa A, dan turun di depan benteng Vastenburg. Saat itu di benteng ini sedang ada pagelaran Solo Creatif Expo. Kebetulan sekali, sekali jelajah dua target terlampaui. Dari depan banyak berjajar mobil-mobil yang sedang parkir. Kemudian di bagian depan banyak hiasan-hiasan dari bambu, maklumlah karena ada event solo creatif expo sehingga di buat sekreatif mungkin.
Jalan menuju Vastenburg berhiaskan bambu (foto:dokpri) |
Kemudian saya masuk, sebelumnya membayar tiket untuk umum sebesar 10.000 rupiah sedangkan untuk pelajar 5000 rupiah untuk rombongan juga ada tarif tersendiri. Dengan membeli tiket seharga 10.000 bebas masuk di 4 tempat lain yang masih merupakan event ini.
Bentuk rumah untuk stand yang unik (foto:dokpri) |
Saya kemudian masuk, setelah masuk ada pemandangan yang unik. Stan-stan pameran tersebut di buat dari dedaunan. Kemudian saya masuk di tempat informasi memasukkan tiket untuk undian. Lalu saya masuk ke stan, di sana terdapat beberapa pameran produk UKM. Ada dompet , kerajinan rotan, lilin yang di kreasikan dengan bentuk eskrim dll.
Ini lilin bukan eskrim (foto:dokpri) |
Perlu di ketahui acara Solo Creative Expo merupakan kerjasama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo dengan pemerintah kota Solo serta kabupaten di Soloraya. Acara ini terdiri dari 4 acara yang tersebar di beberapa tempat, yakni Venue Benteng Vastenburg menghadirkan aneka produk kreatif dan art perform wilayah Surakarta, Venue Solo Square menghadirkan produk otomotif kreatif, Venue Diamond Convention Center menyajikan creative food dan agriculture, Venue Graha Wisata menampilkan creative printing dan publishing serta finance dan investment.
Puas mengelilingi stan kerajinan tangan, saya ke stan sebelahnya. Ternyata ada stan Bank Indonesia yang memamerkan uang Indonesia dari tahun ke tahun. Wah, jadi tambah pengetahuan, tak perlu ke museum bank Indonesia (hehe). Bentuk uang pada zaman dahulu bermacam-macam ada yang berbentuk logam, ada kertas, ada pula kain. Aneh ya kain di buat uang, kalau sekarang tidak ada.
Setelah puas menelusuri stan, saya ke stan jajana, yang terletak di bagian belakang benteng vastenburg. Di sekitarnya ada berbagai macam benda-benda yang di buat se unik mungkin. Contohnya, tempat beristirahat yang terbuat seperti kandang kerbau atau sapi.
PGS, BTC, dan Galabo
Setelah selesai menjajaki benteng Vastenbug, Saya segera menuju tempat berikutnya, yaitu pusat grosir solo (PGS). Saya berjalan kaki dari benteng Vastenburg ke PGS. Sampai di gapura Gladak saya tak lupa menyempatkan menjepret-jepret.
Sampai di PGS, saya melihat banyak pedagang yang berjualan baju. Kalau di bawah stannya penuh dengan pedagang, kalau di atas ada yang kosong. Tak lupa saya memburu sepatu, dan akhirnya saya kepincut juga dengan sepatu, lalu membelinya. Kalau beli di PGS biasanya pedagang menawarkan harga terlebih dahulu kemudian terjadilah tawar menawar.
Setelah puas ke PGS saya menjelajahi Galabo, namun tidak seramai kalau malam hari. Di depan tulisan Galabo banyak anak muda yang menyempatkan dirinya berpoto ria. Perjalanan saya lanjutkan ke BTC atau sering di sebut beteng. Saya masuk dan melihat-lihat saja.
Alun-alun utara, masjid agung, pasar klewer
Jam menunjukkan pukul 14.30. Selanjutnya saya melanjutkan perjalanan ke alun-alun utara. Rupanya tidak ada acara spesial di alun-alun ini. Biasanya alun-alun ini di gunakan untuk acara konser musik, pasar malam dll. Waktu saya kesana di bagian pinggir banyak mobil yang parkir. Oh ya, ditengah alun-alun ada pohon beringin seperti di alun-alun yogyakarta.
Setelah berjalan menyusuri alun-alun tibalah di masjid Agung Surakarta. Saat siang hari banyak yang beristitahat di emperan masjid. Masjid surakarta sudah cukup lama berdiri. Beberapa kali mengalami renovasi.
Tujuan berikutnya adalah pasar Klewer, pasar ini terkenal dengan pasar batik terbesar di Indonesia, dan pasar baju terbesar se jawa tengah. Pasar ini bentuknya masih tradisional, berbeda dengan PGS, dan BTC. Pasar Klewer hanya bertingkat dua. Di dalam pasar Klewer berisi pedagang-pedagang yang menjajakan pakaian. Sebagian besar menjual pakaian jadi. Di pasar Klewer umumnya memberlakukan penjualan grosir. Di luar pasar Klewer berjajar pedagang kali lima, ada yang menjual intip, cindera mata, buah-buahan ada pula penjual tas.
Bu Sri, GWO, Taman Sriwedari, Grha wisata
Ternyata sudah menunjukkan pukul 15.00, sekarang saatnya menuju Bu Sri, artinya mburi sriwedari. Mbusri ini adalah tempat penjual buku bekas, untuk buku barunya sedikit. Mau cari buku bekas untuk SD sampai perguruan tinggi bisa di cari di sini. Kalau mau pesan buku dengan judul tertentu juga bisa. Beberapa bulan lalu tepatnya bulan puasa, tempat ini mengalami kebakaran, banyak kios buku yang terbakar. Namun kini sudah kembali seperti sedia kala.
Dari Masjid Agung, awalnya saya mau jalan kaki, tetapi rasanya kakiku agak kram, akhirnya saya naik bus damri. Naik bus ini sekaligus bisa melihat-lihat suasana kota solo. Saya turun di pertigaan, masih sekitar 5 menit berjalan ke Bu Sri. Di toko ini saya membeli buku bekas matematika, harganya 15.000 per buku, lumayanlah kalau beli buku baru bisa mencapai 50.000 rupiah.
Tempat berikutnya yang saya tuju adalah Taman Sriwedari. Di Taman Sriwedari ini banyak arena bermain anak. Saya, cuma lewat saja. Kalau malam hari kadang ada acara Koes Plus an. Tidak lupa juga saya melewati Gedung wayang orang (GWO) hampir setiap malam ada pentas wayang orang.Tak bisa berlama-lama, lalu saya melanjutkan perjalanan ke Grha wisata untuk melihat pameran printing. Saya mampir sebentar karena waktu sudah menunjukkan pukul 15.30
Solo City Walk, Museum Radya Pustaka, Museum Batik Danar Hadi
Selanjutnya saya melanjutkan perjalanan di area city walk. Area City Walk sepanjang kira-kira 3 km terbentang di jalan Slamet riyadi. Di area ini, khusus untuk pejalan kaki dan sepeda. Untuk kendaraan bermotor di larang melewati area ini.
Kalau hari Minggu sepanjang jalan Slamet Riyadi di tutup karena ada Car Free Day (CFD) sampai jam 9 pagi. Setelah pukul sembilan jalan di buka kembali. Sayangnya, saya tak sempat menikmati acara CFD an di jalan Slamet Riyadi.
Ternyata, tidak jauh dari Grha Wisata ada Museum Radya Pustaka. Museum ini merupakan salah satu museum tua yang ada di Indonesia. Museum ini terletak di Jalan Slamet Riyadi. Tempatnya tidak terlalu mencolok, bahkan papan namanya hanya ada di dalam. Waktu saya akan mampir ternyata, museum sedang mengalami renovasi sehingga saya tidak bisa masuk ke dalam.
Sambil menikmati City Walk, saya melihat ada museum batik Danar hadi. Museum ini merupakan museum batik terbesar di dunia. Untuk masuk ke museum ini di kenai tiket sebesar 25.000. Kalau hari minggu tutupnya lebih awal.
Monumen Pers Nasional, Taman Kota
Saya beristirahat sejenak di area City Walk sambil menikmati sore yang mendung kota Solo. Niat saya untuk segera pulang saya urungkan. Kaki ini segera melaju ke destinasi berikutnya, yaitu monumen Pers Nasional. Saya berjalan sekitar 300 meter dari perempatan dekat mall Luwes.
Sampailah di monumen pers nasional. Saya tidak sempat masuk, karena sudah tutup, Ah,sayang sekali. Kemudian saya berjalan, ups saya melihat ada bapak-bapak tukan becak sedang membaca koran di papan pengumuman. Memang di depan monumen pers ada papan pengumuman yang memajang koran hari itu. Banyak yang membaca di tempat ini, sesekali saya melihat orang turun dari kendaraan menuju tempat ini hanya ingin membaca. Wow cukup besar kepedulian warga Solo terhadap informasi. Walaupun mereka tidak membeli koran, tapi mereka bisa membaca informasi gratis di tempat ini. Patut di contoh kota lain nih.
Di utara monumen ini ada ruang terbuka hijau. Ada taman hijau yang ada air pancurannya, saya sempatkan untuk duduk santai di sini. Ah, sayangnya ada pengunjung yang tidak bertanggung jawab membuang sampah di sembarang tempat. Padahal sudah di buatkan taman seindah ini, masih saja tidak peduli dengan kebersihan.
Jam sudah menunjukkan pul 16.30 saatnya pulang. Saya menunggu bus kota. Saat menunggu bus didepan saya ada tukang becak yang istirahat sedang mendegar lagu india dari radio. Wah suaranya sangat keras dan cetar membahana, saya yang di dekatnya cuma senyum saja dengan tingkah bapak itu. Dan akhirnya perjalanan mengelilingi kota Solo usai sudah. Jika di suruh kembali lagi saya siap sedia. Solo, aku akan merindukanmu selalu. Jaya terus Solo.
sumber:
semua foto dokumen pribadi
semua foto dokumen pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar