Jalan-jalan ke Solo atau wisata ke Solo memang tak lepas dari blusukan ke mana-mana. Baik itu gedung, museum, maupun monumen pers. Kali ini kami bertiga, aku, Naning, dan Kurnia berencana ke Monumen Pers Nasional di Solo. Dari luar emang kelihatan megah, tapi saya belum pernah sekalipun masuk. Paling banter cuma di tempat baca yang di sana ada papan berisi koran hari ini. Penasaran? Simak cerita saya di bawah ini.
|
Monumen Pers Nasional Solo |
Selasa kemarin, tepatnya tanggal 7 Januari 2014 saya dan teman saya datang ke Monumen Pers Nasional yang terletak di Solo. Monumen Pers Merupakan salah satu mounumen yang berdiri sejak lama. Masih di bawah naungan kementrian komunikasi. dan informatika. Gedung ini diresmikan menjadi Monumen Pers Nasional oleh Presiden Soeharto pada tanggal 9 Februari 1971.
Monumen Pers merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan direktorat Jenderal Informasi dan konunikasi Publik kementrian Komunikasi dan Informatika. Hal ini telah di jelaskan Permen kominfo Nomor 06/PER/M.KOMINFO/03/2011
Kaki saya menjejajakkan kaki di depan monument pers bersama dua teeman saya. Monumen pers ini terletak di Jl.Gajah mada 59 Surakarta. Dari luar bangunannya seperti candi, tembok-temboknya di poles seakan bebatuan.
|
Prasasti penandatanganan peresmian monumen pers |
Kami memasuki gedung tersebut kira-kira pukul 10.30. Wah, tidak ada orang kesan saya pertama kali. Kemana ya para petugas?. Waktu saya tanya ada seorang lelaki yang menuju ke arah kami “Mas, ini pakai absen dulu gak”. Dia Jawab “Langsung saja Mbak, saya juga pengunjung”. Selanjutnya, Saya melihat-lihat mulai dari prasasti yang ditandatangani Presidan Suharto untuk peresmian gedung, koran-koran yang di cetak pada zaman dahulu hingga sekarang.
|
Beberapa artikel dalam majalah tempo dulu yang di pajang |
Sambil berjalan melihat berbagai koleksi, kami menjumpai diorama tentang informasi dan komunikasi di Indonesia. Diorama I menceritakan tentang komunikasi zaman dahulu mulai dari bedug, kentongan dll. Begitu juga diorama II sampai diorama VI menceritakan komunikasi dan informasi dari zaman ke zaman dan tahun ke tahu khususnya di Indonesia.
|
Diorama Perkembangan Pers Indonesia |
Setelah itu kami memasuki ruang media center. Di sini jika kita ingin menggunakan internet gratis kita harus mengisi buku tamu yang sudah di sediakan. Rupanya buku tamunya juga digital. Tidak seperti biasanya buku tamu di museum-museum lain masih menggunakan buku, tapi di sini sudah ada digitalisasi.
Ternyata di sini ada petugasnya, saya kira tidak ada. Petugasnya cukup ramah, mempersilahkan kami untuk mengisi buku tamu, dan menggunakan fasilitas gratis. Petugas tersebut juga memberi tahu kami bahawa masih ada perpustakaan di lantai dua. Di tempat ini saya melihat ada beberpa anak SD yang pulang sekolah mampir di media center untuk internetan. Ada pula pengunjung lain yang menggunakan fasilitas gratis ini. Kami tidak bisa berlama-lama di ruang media center. Kami segera mengikuti arahan petugas tadi untuk ke perpustakaan.
|
Mesin Ketik Jadul |
Kami segera meluncur ke Perpustakaan. Sebelum naik tangga, kami melihat ruangan yang berisi mesin cetak, mesin ketik dll. Ssaya pun kepincut untuk melihat-lihat benda di ruangan ini. Benda-benda yang ada di ruang ini meliputi mesin cetak, mesin ketik, ada pula baju wartawan, ada kamera zaman dahulu, serta beberapa Koran terbitan nasioanal yang ada di seluruh Indonesia.
|
Berbagai koran cetak yang terbit di Indonesia |
Ada beberapa Koran nasioanal dan Koran lokal yang dipajang. Misal Koran kompas, Solopos, Kedaulatan Rakyat dll. Ada pula Koran bali post yang berbahasa inggris. Ada beberpa koleksi kamera dari wartawan yang pernah di bunuh oleh orang tak dikenal. Koleksinya berupa kamera.
Usai mengelilingi ruangan ini kami naik tangga. Tepat di dekat tangga adalah pintu masuk perpustakaan. Lagi-lagi kami kami penasaran dengan ruangan sebelah sebelum memasuki ruang perpus. Oh ternyata ruang ini ruang digitalisasi koleksi media cetak. Ada petugas yang mempersilahkan kami masuk. Kemudian mengisi buku tamuPetugas tersebut memberikan petunjuk bagaimana membaca Koran digital di computer layar sentuh yang disediakan. Ada beberapa computer yang tersedia untuk digunakan para pengunjung, jadi tidak perlu berebut.
Saya mulai membaca koran digital. Ada beberapa Koran digital yang ingin saya lihat. Saya membuka Koran kompas. Hmm, kalau begini jadi ingat, kalau butuh tentang informasi Koran kompas untuk tahun-tahun sebelumnya bisa datang ke monument pers. Sayangnya di ruang ini dilarang membawa flasdish. Jika menginginkan data mungkin bisa Tanya petugas lebih lanjut.
|
Perpustakaan |
Selesai di ruang digitalisasi media cetak, kami masuk ke perpustakaan. Memasuki perpustakaan rupanya juga isi buku tamu seperti yang ada di ruang media center dan ruang digitalisasi tadi. Hawanya adhem, dengan fasilitas AC dan tempat duduk, membuat nyaman para pembaca. Di sudut ruangan ini berjajar lemari-lemari yang berisikan buku-buku. Mulai buku umum, sampai buku novel pun ada. Saya mengarah ke deretan buku yang kelihatannya masih kinclong belum di baca banyak orang. Yes!! Saya menemukan bebepa novel baru. Novel-novel yang best seller juga ada seperti novel “Sepatu Dahlan”, novel “Negeri Lima Menara” dll.
|
Syarat buat kartu perpustakaan |
Saya pun duduk di tempat yang di sediakan dan asyik membaca buku. Begitu pula dengan teman saya. Tak terasa adzan dhuhur pun berkumandang. Kami bergegas untuk sholat Dzuhur. Sebelum pergi saya bertanya syarat untuk menjadi anggota perpus. Petugas member tahu saya, sayang syaratnya gak boleh di bawa pulang. Akhirnya saya poto aja deh biar tidak lupa.
Masih ada lagi tempat di lantai tiga yang berisi surat kabar dan majalah yang berupa fisik. Namun kami mengurungkan niat kami. Kamipun segera ke mushola dan meninggalakan monument pers nasional. Di lain kesempatan, saya dan teman-teman ingin kembali lagi. Bagaimana dengan Anda? Silahkan berkunjung di Monumen Pers Nasional di Solo, gratis lho hehe