Tahun lalu, Saya berkunjung ke salah satu Museum di Ngawi. Hayo siapa bisa menebak? Ya, saya datang ke Museum Trinil di Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Bagi yang pernah bersekolah di sekolah menengah kemungkinan besar sudah pernah mendengar situs Trinil.Museum Trinil merupakan salah satu museum purbakala yang ada di Indonesia. Museum Trinil terletak di desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.
|
Gapura Museum Trinil |
Museum ini terletak sekitar 10 km pada Jalan Raya Ngawi Solo, dan berjarak 14 km dari Ngawi Kota. Di Jalan Ngawi Solo tersebut da tulisan Museum Trinil, lalu kita akan di pandu arah jalan atau kode jalan, sekitar 3-4km dari jalan raya Anda akan menemukan museum ini.
|
Museum Trinil Ngawi (foto Suciana) |
Museum Trinil dekat dengan Sungai Bengawan Solo
Museum Trinil terletak di tepian Sungai Bengawan Solo yang melintasi Ngawi. Menurut situs museum Indonesia, Sungai Bengawan Solo banyak ditemukan fosil purbakala, begitu juga dengan situs Sangiran serta Sambung macam yang terletak di dekat aliran Sungai Bengawan Solo.
|
Di balik semak tersebut adalah sungai benagawam |
Saya datang ke Museum ini, berangkat menggunakan sepeda motor di pagi hari dari Gemolong Sragen, sampai sana bahkan masih sepi pengunjung. Untuk masuk Museum Trinil dikenai tiket, harga tiket pun cukup murah, tak seperti tempat museum yang lain. Sampai disana saya melihat patung gajah yang besar, ternyata Museum Trinil ini terkenal dengan ditemukannya gading gajah.
|
Taman depan Museum |
Di sebelah Barat Daya di halaman museum ada sebuah penanda berupa monumen yang didirikan Eugene Dubois yang pertama kali menemukan museum ini. Pada monumen tersebut tertulis tahun ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus. Namun penemuan fosil yang diklaim sebagai manusia purba tersebut masih perlu dipertanyakan. Saya yang pernah kesana masih ragu dengan penemuan manusia tersebut. Disana hanya ada tiruan dari fosil tengkorak manusia purba. Ada yang bilang kalau fosil aslinya dipinjam dan diletakkan di museum di Belanda. Namun saya sendiri juga belum tahu kebenarannya. Saya masih meyakini masih ada
missing link yang belum ditemukan, atau memang tidak ada. Menurut keyakinan saya manusia pertama di muka bumi adalah Nabi Adam.
|
Monumen |
Ada Fosil Gading Gajah Besar di Museum Trinil
Di sekitar museum tersebut ditemukan fosil gading gajah purba yang besar melebihi ukuran gading gajah masa sekarang. Fosil dari gading gajah tersebut di letakkan di Museum Trinil. Selain fosil gading purba terdapat fosil lainnya semisal fosil kerang.
|
Fosil Gading Gajah |
|
Fosil Kerang |
Mari kita mulai berkeliling didalam museum. Museum ini berbeda dengan museum Sangiran Sragen yang memiliki beberapa ruang, serta berbeda dengan Museum Dayu yang berada di Karanganyar. Di Museum Trinil, ruang pamer hanya ada satu, yang berisi fosil-fosil yang ditemukan di dekat daerah tersebut.
|
Pintu Masuk Museum |
Setelah selesai melihat-lihat saya keluar dan melihat taman di sekitar, tamannya bagus, Namun ada beberapa oknum pengunjung yang memanfaatkan untuk pacaran. Duh mereka pacaran kok di museum purbakala sih. Saya mencoba untuk tak melihat oknum ini. Mata saya tertuju disebelah kiri gedung museum, terlihat sungai bengawan solo yang begiitu gagahnya, dengan air yang agak kecoklatan. Tak jauh dari tempat tersebut terdapat monumen bertuliskan tahun.
Tak selang berapa lama, saya putuskan pulang. Saat akan pulang, mulai banyak pengunjung yang berdatangan. Tulisan ini sebenarnya akan saya buat setelah perjalanan menuju museum ini, ternyata saya lupa nge-post dan masih berada di angan-angan. Saya mulai ingat ketika membuat list wisata Ngawi yang bisa di kunjungi. Oh ya baca juga pengalaman
naik sepeda saya di alun-alun Ngawi. Untuk menambah referensi bisa juga kunjungi
Museum Sangiran dan
Museum Dayu.
Bagi Anda yang penasaran dengan Museum Trinil bisa datang bersama keluarga Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar